Diterbitkan pada: 15/09/2025
Dili, Timor-Leste, Kemendikdasmen – Duta Besar Republik Indonesia untuk Timor-Leste, Okto Dorinus Manik, beserta rombongan KBRI Dili termasuk Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud), Tasrifin Tahara; Atase Imigrasi, Andhika Pandu Kurniawan; Atase Pertahanan, Hengky Sweeto Parsaoran; Atase Kepolisian, Kurniawan Hartono; serta Sekretaris Pertama Protokoler dan Konsuler, Eka Putra Musa Mauboy. Melakukan kunjungan kerja ke Distrik Lautem untuk bertemu dengan Presidente Autoridade Municipal Distrik Lautem,Melio De Jesus, pada Jumat (12/9). Pertemuan ini menyoroti sejumlah isu penting, salah satunya mengenai penguatan program pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Selama beberapa tahun terakhir, Atase Pendidikan dan Kebudayaan secara rutin menugaskan guru BIPA untuk mendampingi proses pembelajaran di Sekolah Menengah Atas di distrik Lautem, khususnya di Los Palos. Duta Besar Okto menekankan pentingnya perluasan pembelajaran Bahasa Indonesia ke jenjang yang lebih awal. “Bahasa Indonesia bukan sekadar bahasa, tetapi jembatan budaya dan alat strategis untuk mempererat hubungan antara kedua negara. Dengan Timor-Leste akan menjadi anggota ASEAN pada Oktober mendatang, penguasaan Bahasa Indonesia menjadi semakin penting,” ujarnya. Kebutuhan penguasaan bahasa ini tidak hanya terbatas pada ranah akademik, tetapi juga berkaitan dengan kedekatan sosial dan geografis antara kedua negara. Mengingat Bahasa Indonesia merupakan bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di ASEAN, kemampuan berbahasa Indonesia menjadi sangat strategis bagi masyarakat Timor-Leste untuk memperkuat integrasi regional. Program BIPA di tingkat Sekolah Menengah Pertama telah berhasil diterapkan di distrik Oecusse, dan KBRI Dili berharap distrik Lautem dapat mengikuti jejak tersebut. Selain itu, banyak siswa-siswi dari Lautem yang telah memperoleh akses beasiswa untuk melanjutkan studi pada jenjang pendidikan tinggi di Indonesia. Pertemuan ini menjadi bukti komitmen KBRI Dili dalam memperkuat hubungan bilateral melalui pendidikan dan budaya, sekaligus mendorong penguasaan Bahasa Indonesia yang lebih luas dan strategis di Timor-Leste. (Penulis & Dokumentasi: Trio Hermawan, PBI/Editor: Rayhan)
Atdikbud Tasrifin menambahkan bahwa kebutuhan Bahasa Indonesia tidak hanya di sekolah menengah atas, tetapi juga di masyarakat luas. “Kami mendorong agar pembelajaran ini dimulai sejak sekolah dasar dan menengah pertama, agar generasi muda lebih siap menghadapi dinamika regional,” ucapnya.
Sumber: Pusat Budaya Indonesia, KBRI Dili
Penulis: Rayhan Parady
Editor: Denty Anugrahmawaty