Temukan informasi tentang Kemendikdasmen, struktur organisasi, dan regulasi
Informasi Profil Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah
Informasi Publik Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah
Temukan kabar, siaran pers, pengumuman, dan dokumentasi resmi dari Kemendikdasmen
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
Informasi Umum
Beranda
Button Icon
Button Icon
PPID
Button Icon Beranda
Button Icon Profil
Temukan informasi tentang Kemendikdasmen, struktur organisasi, dan regulasi
Button Icon
Button Icon
Button Icon
Button Icon Publikasi
Temukan kabar, siaran pers, pengumuman, dan dokumentasi resmi dari Kemendikdasmen
Button Icon PPID
Membangkitkan Semangat Kembali Sekolah dengan Relawan Pendidikan

Diterbitkan pada: 03/12/2025

Bagikan:

Gambar Siaran Pers

Lombok Utara, Kemendikdasmen — Anak usia sekolah tidak sekolah (ATS) masih menjadi tantangan pemerintah dalam mewujudkan Wajib Belajar 13 Tahun. Kehadiran program Relawan Pendidikan yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Direktorat Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal (PNFI), Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK) mengembalikan semangat ATS untuk kembali ke sekolah. 

Gunawan Saputra (17) merupakan salah satu ATS yang ingin kembali sekolah. Motivasinya timbul setelah bertemu Relawan Pendidikan yang datang ke rumahnya di Dusun Gubuk Baru, Desa Tanjung, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). 

“Saya sudah tanya-tanya apa saja syaratnya kalau saya ingin ambil Paket B dan C. Saya ingin kembali sekolah. Ingin punya ijazah,” kata Gunawan beberapa waktu lalu. 

Herman, ayah Gunawan, menyampaikan bahwa anaknya putus sekolah saat duduk di kelas tiga SMP. Saat itu, Gunawan yang menderita atresia ani, yakni kondisi saat bayi lahir tanpa lubang anus, kerap mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari teman-teman sekelasnya. 

“Anak saya menggunakan kantong untuk saluran pembuangannya. Teman-temannya di sekolah mungkin kurang nyaman. Apalagi dia juga harus bolak balik operasi jadi sering tidak masuk sekolah,” kata Herman. 

Sejak itu, Gunawan memutuskan untuk berhenti sekolah. Herman dan istrinya juga tidak melarang. “Saya kasihan ke anak saya, harus bolak balik ganti seragam karena kena kotoran dan bau. Anak saya juga suka kelahi karena dia tidak terima diejek,” Herman menambahkan. 

Oleh karena itu, Herman dan istrinya menyambut baik kehadiran Relawan Pendidikan yang dinilai telah mengembalikan motivasi Gunawan untuk kembali sekolah. “Ibunya sangat mendukung, apalagi kalau kejar paket kan tidak seperti sekolah biasa. Saya ingin anak saya punya ijazah dan bisa kerja layak,” ujar Herman. 

Harapan kembali sekolah juga dirasakan oleh Nabila Syakieb (17). Warga Desa Anyar, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara ini memutuskan menikah dan tidak melanjutkan sekolah usai menamatkan sekolahnya di SMPN 1 Bayan. 

“Orang tua juga tidak mampu untuk biaya melanjutkan sekolah. Jadi, saya pilih menikah saja,” kata Nabila. 

Kondisi ekonomi keluarga Nabila memang cukup memprihatinkan. Nabila dan keenam anggota keluarga lainnya, tinggal di sebuah bilik sederhana yang mereka sewa Rp500 ribu per tahun. Setia Amanah, ibu Nabila, juga buta aksara, sementara kakak-kakaknya juga hanya lulusan SD. 

Nabila yang saat ini sedang mengandung anak pertama berkeinginan untuk bisa melanjutkan sekolah. Terlebih, ia tergolong siswa yang cukup berprestasi semasa sekolah. Ibu dan suaminya juga mendukung keinginan Nabila.

Pendataan ATS Melebihi Target 

Program Relawan Pendidikan merupakan inisiatif Direktorat PNFI untuk mendata dan memverifikasi ATS yang saat ini dipusatkan di empat kabupaten. Keempat kabupaten tersebut dipilih karena dinilai memiliki jumlah ATS yang masih cukup tinggi. Salah satunya adalah Kabupaten Lombok Utara.

Sri Budi Utami, salah satu relawan yang tergabung dalam Organisasi Mitra (Ormit) Muslimat NU, menyampaikan bahwa jumlah ATS yang ditemukan di wilayahnya melebihi target pendataan yang ditetapkan, yaitu 150 ATS per kecamatan penugasan. Sri sendiri bertugas untuk mendata ATS di wilayah Kecamatan Bayan.

“Beberapa relawan kami itu, di satu desa saja bisa lebih dari 50. Padahal, ada delapan desa di Kecamatan Bayan,” ujar Sri. 

Alasan putus sekolah sendiri di Kecamatan Bayan cukup beragam, mulai dari faktor ekonomi, sosial, faktor budaya, hingga pernikahan dini dan sulitnya akses menuju tempat sekolah. 

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Dikbudpora) Kabupaten Lombok Utara, Muhamad Najib, menyampaikan pihaknya akan menindaklanjuti temuan para Relawan Pendidikan.

“Kami akan kawal betul temuan data-data ini untuk kami tindak lanjuti bersama PKBM dan SKB yang ada di Lombok Utara ini,” kata Muhammad Najib.

Najib juga mengucapkan terima kasih atas dedikasi para Relawan Pendidikan karena telah membangkitkan kembali semangat belajar para ATS di wilayahnya tersebut. Menurutnya, penanganan ATS tidak bisa dilakukan sendiri, tetapi harus bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk para Relawan Pendidikan ini.*** (Penulis & Dokumentasi: Tim Ditjen Vokasi PKPLK/Editor: Denty A., Stephanie) 

 

Penulis: Kontributor BKHM

Editor: Denty Anugrahmawaty

Berita Terkait